Sabtu, 07 April 2018

Kedung Adem Merindukan Hujan



KEDUNG ADEM 

saat kedung adem mengeringkan rumpun bambumu
telaga telah mengaga dahaga
kukayuh pedal mencari sisa hujan
di celah senyum yang tak jua rekah
bekisarmu tak lagi berkokok
sangkar di teras telah lama menunggu
dan ketika hujan datang seperti cinta yang kemaruk
telaga-telaga meluapkan asmaranya
rumpun merimbun bersama rebung
bekisar di teras rumahmu melagu merdu
tapi aku takut mengayuh pedal kembali
luapan itu bisa melelapkanku di dasar kali
adakah kau masih menyimpan janji ....

A.    Biografi Penulis:
Puisi Kedung Adem merupakan hasil karya M. Shoim Anwar. Puisi, cerpen,novel, esai, dan  semua hasil karya yang di buatnya selalu menarik untuk dibaca.
B.     Makna Puisi
Pada bait pertama, saat kedung adem mengeringkan rumpun bambumu” mengambarkan, ketika musim kemarau melanda Kedung Adem. Mengeringkan anak-anak pohon bambu yang ada di sana. Membawa kerinduan akan hujan.
Pada bait kedua, “telaga telah mengaga dahaga”mengambarkan rasa rindu akan kasih sayang yang membara seperti telaga yang kekeringan karena air hujan yang tidak kunjung datang.
Pada bait ketiga, “kukayuh pedal mencari sisa hujan” dia mencoba mencari jejaknya yang belum juga ditemukan. Mencari dengan mengayuh sepeda, dengan beban kerinduan.
Pada bait keempat, “di celah senyum yang tak jua rekah” Mengambarkan pencarian dan penantian agar bisa bertemu dengan orang yang sangat dirindukannya. Senyum yang tidak kunjung ditemuinya.
Pada bait kelima, “bekisarmu tak lagi berkokok” Kutipan tersebut mengambarkan, kerinduan akan sosok yang mempunyai senyum yang indah dan suara yang sangat merdu. Suaranya tak kunjung didengar setelah sekian lama.
Pada bait keenam, “sangkar di teras telah lama menunggu” Kutipan puisi tersebut mengambarkan, bahwa bukan hanya dia yang merindukannya namun, rumah yang selama ini menjadi tempat tinggalnya merindukan kehadirannya. Rumah itu tampak kesepian tanpa pemiliknya.
Pada bait ketujuh, “dan ketika hujan datang seperti cinta yang kemaruk” Kutipan puisi tersebut mengambarkan, kedatangannya telah membawa keteduhan dan kebahagian bagi semua orang. Rindu itu semakin menggebuh dalam hati dan dirinya.
 Pada bait kedelapan, “telaga-telaga meluapkan asmaranya” Kutipan tersebut mengambarkan, rasa cinta dan rindu semakin menjadi-jadi. Hinga tidak bisadiungkapkan dengan kata-kata.
Pada bait kesembilan, “rumpun merimbun bersama rebung” Rindu yang menggebuh bersama rasa cinta diantara kita berbaur menjadi satu. Sehingga yang ada hanya keteduhan.

Pada  bait kesepuluh, “bekisar di teras rumahmu melagu merdu” kutipan tersebut mengambarkan, suara indahnya yang selama ini ingin dia dengar akhirnya terdengar merdu ditelinganya dan seisi rumah ikut bahagia mendengarnya.

Pada bait kesebelas, “tapi aku takut mengayuh pedal kembali” kutipan puisi tersebut mengambarkan, dia takut ketika harus pergi meninggalkannya. Dia takut kehilangannya untuk yang kedua kalinya.

Pada bait kedua belas, “luapan itu bisa melelapkanku di dasar kali” kutipan pada puisi tersebut mengambarkan, Dia membayangkan jika dia pergi maka dia tidak akan bisa bertemunya lagi. Rasa takut yang menyelimuti hatinya membuatnya berfikir akan kehilangannya untuk selamanya.
 
Pada bait ketiga belas, “adakah kau masih menyimpan janji ....”Kutipan tersebut mengambarkan, bagaimana dia mempertanyakan janji yang telah diberikan oleh orang yang dikasihinya.



C.    Kelemahan
Alur cerita dalam puisi Kedung Adem cukup rumit. Pembaca kesulitan dalam memahami makna tiap bait pada puisi tersebut
D.     Kelebihan
Puisi Kedung Adem karya M. Shoim Anwar, mengandung banyak sekali pesan moral.
E.     Simpulan
Penantian adalah suatu hal yang sangat menyakitkan. Puisi Kedung Adem mengambarkan penantian dan kerinduan akan seseorang yang sangat dicintainya. Seperti telaga yang kekeringan akibat musim kemarau dan menunggu hujan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ANALISIS PUISI IBU KARYA D. ZAWAWI IMRON

ANALISIS PUISI IBU KARYA D. ZAWAWI IMRON A.     Biografi penulis Zawawi Imron lahir di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, ...